Sebuah Drama

Keburukan Dibalas Dengan Kebaikan

Tokoh                     :           -Chika                  =   Baik, tidak pendendam, tegas (sekitar 13 tahun)
                                           -Sazkia                 =   Serakah, tidak baik                 (sekitar 14 tahun)
                                           -Rara                    =   Keras kepala, tidak baik          (sekitar 14 tahun)
                                           -Farhan                 =   Baik, membela kebenaran       (sekitar 15 tahun)

                   Tet.. Tet..
Bel pulang berbunyi pertanda jam pelajaran telah usai. Siswa-siswi pun keluar dari ruang kelas dan menuju pintu gerbang, yang kemudian menyebar kesana kemari untuk menuju rumah masing-masing.
                   Dengan langkah riang dan senyum yang terpapar dari wajahnya, Chika berjalan menuju gerbang, tapi tanpa disadarinya tiba-tiba Rara dan Sazkia musuh bebuyutan Chika muncul di belakangnya.

Rara                               :    “Heiii...!!!” (sembari menepuk pundak Chika dengan cukup keras).
Chika                             :    “Ada apa?” (Chika dengan membalikan badannya).
Sazkia                            :    “Heh, aku mau ngomong sama kamu!!!”
Chika                             :    “Ngomong apa?”
Rara                               :    “Tadi Bu Guru ngasih hadiah kamu apa hah?!” (sambil merebut tas Chika).
Chika                             :    “Ta.. tadi Bu Guru nga.. ngasih aku ha.. hadiah berisi buku cetak, Ra, Saz. To.. tolong kembalikan tasku!” (berbicara dengan terbata-bata).
Sazkia                            :    “Mana bukunya?!” (Sazkia dan Rara kemudian mengambil buku tersebut dari dalam tas Chika dengan kasarnya).
Chika                             :    “Jangaaan, Saz! Jangan, Ra..!” (berusaha merebut kembali buku dan tasnya).
Rara                               :    “Enak aja, ini buku, kan, pantesnya dibuang ke tempat sampah atau di selokan! Kalau ngga dibakar aja! Ya ngga, Saz?
Sazkia                            :    “Ya, bener banget, Ra! Ayo kita buang aja tuh buku! Hahaha..”
Rara                               :    “Oke! Siap!” (dengan posisi tangan bersiap untuk membuang buku ke selokan).
Farhan                           :    “Stoooopp!!!”
                   Chika, Sazkia, dan Rara pun kemudian serentak membalikan badan menuju sumber suara yang ternyata adalah Farhan.
Farhan                           :    “Stop! Jangan kamu buang buku itu! Buku itu bermanfaat sekali. Apa salah Chika sampai kamu begitu kasarnya sama dia? Dan apa salah buku itu hingga kamu tega membuangnya?”

Sazkia                            :    “Eh, siapa kamu? Datang-datang langsung nyeramahin kita aja. Pergi sana! Ngga ada guna kamu di sini!” (mengusir Farhan).

Rara                               :    “Iya, tau tuh si Farhan! Lagian kita kan belum sempet ngebuang buku itu! Keberuntungan masih berpihak pada buku itu + Chika tuh! Emang si Chika ngga salah, tapi tau sendiri kan kamu kalau Bu Guru, tuh, pilih kasih sama si Chika! Seringnya kita yang dipojokin sama Bu Guru! Apa hebatnya sih dia?”
Chika                             :    “Sudah.. Cukup!!!”
Sazkia + Rara                :    “DIAM KAMU!!!” (menggentak sambil menunjuk Chika serentak)
Farhan                           :    “Sudah, Chik. Kamu pulang saja sana! Biar aku saja yang ngurusin Rara dan Sazkia. Terus ini bukumu.” (sembari mengembalikan buku Chika).
Chika                             :    “Baiklah. Terima kasih yaa..”
                   Chika kemudian melanjutkan perjalanan pulang yang tadi sempat terpotong cukup lama karena
hadirnya Rara dan Sazkia.
Sazkia                            :    “Ah, payah kamu! Beraninya sama perempuan!” (sambil menunjuk Farhan).
Rara                               :    “Sudahlah, Saz! Ngga usah ngurusin tuh si Farhan! Yuk kita pulang saja. Lagian pusat objek kita sudah pulang.”
Sazkia                            :    “Benar kamu, Ra. Ayo kita pulang saja.”
Farhan                           :    “Tunggu dulu! Aku belum selesai bicara sama kalian berdua.”
Sazkia                            :    “Ah, masa bodo!” (pergi meninggalkan Farhan).

*****
                   Sekitar pukul 15.00 WIB di pinggir jalan. Sazkia dan Rara ketika mereka sedang berjalan dengan asyiknya, tak sengaja mereka menangkap sesosok objek yang sangat dikenalinya dan paling mereka benci. Siapa lagi kalau bukan Chika! Ya, di depan Sazkia dan Rara, kira-kira tak jauh dari tempat mereka berdiri ada Chika yang sedang duduk di pinggir jalan seorang diri.
Sazkia                            :    “Kita samperin Chika, yuk! Terus kita kerjain dia. Oke?”
Rara                               :    “Ide yang bagus. Oke!”
                   Tak lama berbincang, mereka berdua segera menghampiri Chika.
Sazkia                            :    “Ssstt.. jangan berisik ya, Ra! Aku lagi masukin kecoak di saku bajunya Chika. Hahaha” (sambil mengendap-endap di belakang Chika dan berusaha memasukkan kecoak di saku baju Chika).
Rara                               :    “Eh, ngomong-ngomong itu kecoak kamu dapat dari mana?”
Sazkia                            :    “Udah diam saja. Ini aku tadi nemu, tuh, di pohon samping kamu berdiri.” (sambil menunjuk pohon tersebut).
Rara                               :    “Oh. Ya, sip! Kita lihat reaksinya Chika.” (sambil memberikan jempol)
Chika                             :    “Ish, ish! Apa ini?! Hah, kecoak? Jorokkk! Dasar kecoak nakal!!! Pergi kamu! Pergi kamu!” (seraya mengibas-ngibaskan saku bajunya yang ada kecoaknya).
Sazkia + Rara                :    “Hahaha. Sukurin kamu!” (berbicara serempak).
Chika                             :    “Kalian?! Kenapa, sih, selalu aku yang kamu pojokin? Kenapa bukan anak lain? Emangnya ngga ada yah anak lain selain aku yang pantas kamu pojokkin, takalin, dan kerjain?”
Rara                               :    “Hah? Kamu ngomong apa? Bisa diulang?” (berpura-pura tak dengar)
Chika                             :    “Oh, bukannya tadi aku ngomongnya sudah cukup keras? Apa musti diulang kata-kata tadi?”
Sazkia                            :    “Oh, ya, wajib! Karena kata-katamu tadi itu kedengerannya sangat lucu.”
Rara                               :    “Kamu bilang kenapa kita selalu ngerjain kamu? Itu karena...” (ucapan Rara terpotong ketika datang Farhan di antara mereka yang langsung melanjutkan ucapan Rara tadi).
Farhan                           :    “Itu karena mereka iri sama kamu, Chik!”
Rara                               :    “Apa? Kita iri sama Chika? Ngga mungkin banget, deh. Ya ngga, Saz?”
Sazkia                            :    “Iya, deh! Ngga mungkin b.a.n.g.e.t.!! Lagian kamu lagi kamu lagi yang tiba-tiba muncul! Terus secemplongnya saja ngomong gitu. Bela-belain Chika segala!”
Rara                               :    “Iya, tau, tuh!”
Farhan                           :    “Aku memang bukan siapa-siapanya Chika. Tapi aku akan selalu ada buat kebenaran dan selalu membela kebenaran serta membenci keburukan.”
Rara                               :    “Oh, gitu, ya? Ngga salah? Ya sudahlah! Sana antar orang ini pergi jauh!” (sambil menunjuk Chika).
Farhan                           :    “Kalian berdua ini memang keras kepala. Suatu saat pasti akan kena batunya sendiri!”
Sazkia                            :    “Biarin.”
Farhan                           :    “Kita pergi aja, Chik. Capai kalau ngeladenin dua perempuan ini!”
Chika                             :    “Baiklah.”
Rara                               :    “Sana-sana pergi! Lagian siapa pula yang nyuruh ngeladenin Rara dan Sazkia, wleee..” (sambil menjulurkan lidahnya).

*****
                   Matahari sudah semakin meninggi, jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB. Sazkia yang hari ini berangkat lebih siang dari biasanya kalah salahnya sendiri bangun kesiangan.
Sazkia                            :    “Gawat, nih, udah jam segini. Takut telat! Cepet! Cepet! Cepet!” (sambil memasukan buku pelajaran dengan tergesa-gesa). “Aha! Sudah beres, nih!”
                   Tak sadar kalau ada satu buku yang tertinggal. Padahal buku itu paling penting untuk hari ini yang wajib dibawa dan tidak boleh tertinggal karena di dalam buku itu ada tugas yang tidak boleh tidak dikerjakan. Entah papaun alasannya. Kalau-kalau sampai ada anak yang tidak mengerjakannya, bisa-bisa anak itu jadi penjemput tamu kelas alias disuruh berdiri di depan pintu kelas dan dilarang mengikuti pelajaran tersebut hingga jam pelajaran tersebut selesai. Maklum yang mengajar gurunya itu guru killer.

*****
                   Sampai di pintu gerbang sekolah Sazkia.
Sazkia                            :    “Untung aja ngga telat! Huft. Syukur, deh!” (seraya mengusap keringat di jidat).
Rara                               :    “Haiii, Saz!” (tidak berniat mengagetkan).
Sazkia                            :    “Huh, Rara! Ngagetin aja kamu!”
Rara                               :    “Hehe, maaf. Oh, ya, tugas yang kemarin udah selese?”
Sazkia                            :    “Pastinya, udah ya!”
Rara                               :    “Coba aku pinjem, Saz. Boleh kan?”
Sazkia                            :    “Tentu.” (sambil mencari tugas tersebut di dalam tasnya). “Hah? Kok ngga ada ya? Aduh, gawat, nih! Jangan-jangan tadi ketinggalan. Soalnya aku buru-buru.”
Rara                               :    “Hah? Yang bener, Saz? Aduh, gawat, nih! Aku juga belum ngerjain. Niatnya aku mau nyontek kamu, hehe, malah kamu ketinggalan. Jangan samapi kita jadi penjemput tamu.”
Sazkia                            :    “Aduuuhh.. parah banget, sih, kita ini! Nasib lagi apes, nih.” (sambil bersandar ke tembok)
Farhan                           :    “Itu balasan buat kalian berdua!”
                   Tiba-tiba datang Farhan. Yang tanpa diketahui mereka berdua, ternyata dari tadi Farhan me-
nguntip di belakang mereka.
Rara                               :    “Aduh, Farhan. Udah, deh, jangan banyak basa-basi. Tau sendiri, kan, posisi kita langi ngga aman. Bantuin atau gimana, kek?”
Farhan                           :    “Bantuin kalian? Maaf-maaf saja, ya!”
Sazkia                            :    “Yah, tolong kita, Far. Ayolah...”
Chika                             :    “Nih, kalian tinggal pinjem aja tugas punyaku. Ngga papa kok.” (tiba-tiba Chika datang dan memberikan buku tugasnya kepada Sazkia dan Rara).
Farhan                           :    “Ih, ngga usah, Chik! Biar mereka ngerasain apa yang sering kamu rasain karena ulah mereka!”
Rara                               :    “Diam sajalah kamu, Farhan!”
Sazkia                            :    “Yang bener, Chik? Terima kasih banyak, ya.”
Chika                             :    “Biarin saja, Far. Aku ngga suka sama yang namanya balas dendam. Sudah, Saz, Ra, sana cepet kerjain tugasnya! Takut keburu gurunya masuk.”
Rara + Sazkia                :    “Baik, Chik. Sekali lagi terima kasih banyak.”
Chika                             :    “Sama-sama.”
Farhan                           :    “Eits, tunggu dulu! Lihat, tuh, Chika! Dia baik banget, kan, sama kalian. Apa yang selama ini kalian perbuat ke Chika, dia anggap hanya angin lalu. Sekarang cepat minta maaf sama Chika dan janji tidak akan ulangin perbuatan kalian lagi.”
Sazkia                            :    “Chika, maafin semua kesalahan aku, ya. Aku janji ngga akan ngulangin perbuatan nakalku lagi.” (sambil mengulurkan tangan).
Rara                               :    “Iya, aku juga, ya, Chik! Janji, deh!” (juga sambil mengulurkan tangan).
Chika                             :    “Iya, aku sudah maafin kalian, kok. Aku ngga mau janji tapi bukti J” (menyalami Sazkia + Rara)
Sazkia + Rara                :    “Baik, Chika J
                   Semenjak kejadian itu, sekarang Sazkia dan Rara sudah tak pernah punya niat apalagi melakukan perbuat buruk seperti dulu lagi kepada Chika. Kini mereka bertiga ditambah Farhan bersahabat dengan baik. Saling menghormati, menasihati, dan menolong sesama.

TAMAT

Komentar

Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.