Cerbung - Goresan Senja Part I
Kala senja menyapa, aku duduk termenung di balkon atas kamarku. Sambil memandang sorotan sinar terakhir mentari sore yang seolah tersenyum sendu padaku. Dengan ditemani oleh lamunanku serta khayalanku yang tak mungkin pisah dari diriku apalagi otakku. Ya! Berkhayal sambil melamun itulah hobiku. Daya imajinasiku ini memang sangat tinggi. Entah berkhayal pada suatu hal yang mungkin terjadi pada diriku atau yang mustahil terjadi pada diriku ini. Sambil tersenyam-senyum sendiri karena terlalu terbalut keasyikannya khayalanku ini, aku tak mendengar suara langkah yang berjalan mendekatiku. Padahal, suara langkah tersebut sangat jelas dan nyaring. Namun, hal itu dapat dikalahkan dengan imajinasiku ini yang terlalu kuat hingga membawaku kedunia khayalan membuatku tak jua mendengar orang yang berdiri di belakangku menyapa dan memanggil namaku hingga 3 kali. Dan akhirnya...
“Megaaa..!!” teriak Deka tak jauh dari telingaku.
“Hoy, siapa kamu?!” kagetku seraya membalikkan badan dengan spontan. “Deka! Kamu ngagetin aku aja!” lanjutku sambil cemberut setelah mengetahui bahwa orang yang mengagetkanku ialah Deka.
“Maaf, Meg. Lagian kamu, sih, aku panggil pelan sampe 3 kali ngga juga denger apalagi nyelinguk. Ya, udah aku teriak aja akhirnya.” protes Deka.
“Hehehe.. Biasalah, tau sendiri, kan, kamu aku hobinya apa. Berkhayal! Ngga kaya kamu yang hobinya ngga jelas. Paling tidur sama nyeloteh-nyeloteh gitu, wkwk, peace!” ledek aku.
“Ya, itu mah kamu! Eh, ngeledek aku, ya! Biarin juga, ini urusanku bukan urusanmu, wleee. Daripada kamu mengkhayal ngga jelas. Tau, tuh, mengkhayal apa sampai senyam-senyum sendiri. Mengkhayal jadi orang gila, ya? Hahaha.” Deka balas meledek.
“Enak aja, ya!” protesku sambil melototkan mata.
“Ampuuun!” kata Deka dengan pura-pura minta ampun.
“Ya, lah. Ngomong-ngomong kamu ke sini mau ngapain?” tanyaku.
“Main aja.” balas Deka cuek.
“Main aja, gitu? Ngga ngirim apa-apa sama sekali? Hehehe.” aku mulai meledek lagi.
“Jangan becanda terus, lah, Meg. Aku mau ngomong, nih..” pinta Deka sedikit kesal.
“Ya, lah. Ngomong apa?” tanyaku sambil mempersilahkan cowok itu duduk di kursi sebelahku yang hanya dibatasi sebuah meja.
“Begini, kamu waktu itu, kan, curhat ke aku, katanya kamu lagi falling in love sama Vio. Terus kamu minta tolong ke aku supaya aku bantu deketin kamu sama Vio. Ini aku punya nomor hpnya Vio. Mau ngga?” tawar Deka.
Ya, waktu itu tepatnya 3 hari yang lalu aku curhat ke Deka tentang segala unek-unek yang ada di hatiku. Salah satunya aku ini lagi suka atau tepatnya jatuh cinta sama someone temen deket Deka yang tak lain dan tak bukan adalah Vio. By the way, Aku dan Deka memang sering sekali curhat-mencurhat, karena kita ini sudah akrab sekali dari kecil sekitar umur 5 tahunan dan sekarang aku sama Deka telah berumur 15 tahun. Jadi, kurang lebih sudah 10 tahun kita bersahabat. Menjalani hidup bersama. Dimanapun ada Deka pasti di situ ada diriku, hehehe. Well, back to the story J.
Tanpa mengiyakan terlebih dahulu, aku langsung merebut hp Deka dari tangannya, kemudian men-search nama Vio di contact hp Deka yang lalu aku klik tulisan “send business card” via message to Mega. Tak lama, hanya berselang ± 30 detik hpku bunyi tanda sms masuk. Aku langsung membuka hpnya. Satu message from Deka yang berisi nomor hp Vio. Hanya dengan 5 detik saja aku sudah mengsave nomor hp Vio di contact ku.
Melihat aku yang senyam-senyum memenceti hpnya dan hpku sendiri bergiliran dengan semangat 45, Deka hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggaruk-garuk rambutnya yang memang tak gatal.
“Ckckck...” decak Deka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Thank you, my bro!” ucapku ceria
“Iyalah..” jawab Deka santai banget. “Ya, udah cukup. Cuma ini yang mau aku sampein ke kamu. Aku pulang dulu, ya. Bye!” pamit Deka.
“See you, bye to. Hati-hati di jalan!” ucapku. “Oh, ya, jangan lupa lapor ke aku kalau ada info baru tentang Vio.” lanjutku sembari meminta tolong.
“Sip.” sahut Deka seraya mengacungkan 2 jempol sekaligus tanda setuju.
Oh, ya, aku juga punya sahabat-sahabat baik loh di sekolah selain Deka. Mereka adalah Firani si kembar yang baik, Daisy si cantik juga agak pendiem, Disha si gembil yang humoris, Dzaifa si manis yang ngga bisa diem, Aliza si endut pipi tembem yang lucu, Diani si hitam manis *seperti aku, hehe* yang paling tinggi di antara kami. Kami semua ini punya suatu kelompok yang diberi nama ADSN. Jangan tanya artinya, ya. Soalnya ini secret, hehehe. Di sekolah kami, banyak banget yang bilang kalau kami adalah sebuah geng, entah dari mana awalnya kami dianggap geng. Padahal, jujur sejujur-jujurnya kami bukanlah geng! Kami hanya salah satu KELOMPOK PERSAHABATAN dari sekian banyak kelompok persahabatan yang lain di sekolah kami. Mungkin, karena kami ini sudah lumayan banyak dikenali sama teman-teman yang lain, kami jadi terlihat paling mencolok diantara kelompok-kelompok yang lain. Itu yang mungkin disebabkan kami dibilang geng. Aku, sih, whatever aja, ya, hehehe.
Yang ini udah dulu, ah, ceritanya :)
Next -->
Next -->
Komentar
Posting Komentar
Dibutuhkan komentar! Siapapun boleh komentar. Asal jangan mengandung SARA, pornografi, maupun menghina. Komentar disini berisi yang membangun dan hiburan semata. Terima kasih.