Cerbung - Goresan Senja Part II
***
Malam ini mungkin malam tergalau dalam waktu seminggu terakhir bagiku. Aku bingung sama perasaanku sendiri. Bukannya bisa mendapatkan nomor hp someone yang kita suka itu rasanya bahagia, ya? Bisa buat PDKT alias pendekatan, kan? Tapi kok aku malah bimbang gini, ya? OMG!
Ke barat, balik timur lagi. Udah di timur, balik barat lagi. Rasanya mondar-mandir terus aku dari tadi, jadi kayak setrika. Hampir 10 menit aku begini, mondar-mandir di kamar ngga jelas. Bingung. Yang ada di benakku saat ini. Resahpun juga. Kayak suami yang lagi mengunggu istrinya melahirkan aja, hehehe.
‘Sms-telepon-sms-telepon?’ raguku dalam hati. “Binguuung!” teriakku tiba-tiba dengan lantang. Untung saja orang di luar kamar tidak ada yang dengar. “Mau aku apakan ini nomor, ya? Smsin, teleponin, apa biarin aja? Ya Tuhan.. tolong aku!” keluhku. “Ah! Aku smsin aja dulu, deh. Ya, aku coba! Semoga aja dibales.” yakinku kemudian.
Message to Vio : “Hy, Vio. Ni Q Mega, tmn dkt Deka. Q tw numb U dr Deka. Oya, mf
klo Q ganggu U y. Bls!”
Sambil menunggu balesan sms dari Vio, aku memohon dalam hati, “Semoga dibales. Please,
bales Vio...”
Jreng! Selang beberapa menit hpku bergetar. 1 message from Vio. Ternyata Tuhan cepat sekali mengabulkan permohonanku.
Message from Vio : “Hy jg. Oh, Mega. G koq U ggnggu Q. Emank ada ap U sms Q?”
Cekidot! Aku langsung me-reply nya lagi.
Message to Vio : “Syukur dhe kl Q g gnggu! Q cma mo ucapin have a nice dream, Vio.”
Setelah ada sms balesan dari Vio lagi, tanpa ba bi bu aku langsung membacanya.
Message from Vio : “OH..”
Oh My God! Kali ini sms Vio langsung membuat aku lemas dan tak percaya diri. Cuek. Ya, terlihat cuek sekali Vio di smsnya yang terakhir ini. Sejak saat itu juga aku jadi merasa ilfil sama dia dan tak ada lagi mood untuk mencoba smsnya lagi.
***
-2 hari berjalan-
Kini Deka sedang menghabiskan jam istirahat sekolah di kantin. Ia biasa berkumpul sambil bergurau bersama teman-temannya. Salah satunya adalah Vio.
“Yo, boleh aku bicara sama kamu, kan? Hanya berdua saja.” pinta Deka pada Vio tiba-tiba dengan berbisik. Tanpa menunggu Vio mengiyakannya, Deka langsung menyeret Vio ke tempat yang pas untuk diajak berempat mata. “Sebelumnya, all, aku sama Vio ijin pergi bentar ada yang mau aku omongin sama dia.” pamit Deka pada teman-temannya yang lain.
“Iya...” jawab teman-temannya serentak.
Di bawah tangga, mungkin ini tempat yang pas untuk diajak bicara berdua.
“Ada apa, Dek, kamu ajak aku ke sini? Sebelumnya hubungan kita baik-baik aja bukan?” tanya Vio ragu.
“Tenang aja! Hubungan kita baik-baik aja kok. Aku cuma mau nyampein sesuatu hal sama kamu menyangkut Mega. Gini, nih, sebenernya Mega, tuh, suka sama kamu. Udah lumayan lama, sih, kira-kira 3 mingguan katanya. Tapi selama itu juga apapun yang Mega lakukan ke kamu, kamu meresponnya biasa banget. Kayak ngga peka sama sekali. Padahal Mega udah berusaha buat lebih baik ato lebih dipandang di mata kamu. Tapi apa? Kamu cuek aja sama dia. Jadi dia sedikit ilfil gitu sama kamu.” jelas Deka.
“Hah? Mega suka sama aku? Masa, sih? Perilaku dia biasa aja kok ke aku. Ngga ada bedanya dari dulu. Dan kayak ngga ada sedikitpun perilaku yang nunjukin kalau dia itu suka sama aku.” gumam Vio.
“Bener, kan, apa yang Mega bilang. Kamu sedikitpun ngga peka sama dia. Mungkin itu karena kamu melihat perilaku Mega selama ini ke kamu hanya dari sisi negative. Kamu enjoy aja gitu. Seperti kemarin, Mega smsin kamu tapi malah kamu balasnya cuek. Cuma ‘oh’ doang. Apa Mega ngga kecewa, tuh?”
Ya, Mega sebelumnya sudah melaporkan pada Deka tentang hal sms yang kemarin itu. Back to the story, please!
“Eh, ya, tapi kamu jangan sepenuhnya belain Mega gitu dong. Kamu juga coba rasakan ada di posisiku. Kemarin itu aku lagi capek. Terus lagi ini ada orang yang suka sama aku, sementara itu aku udah ada yang punya. So, aku kan jadi cuek aja sama orang yang suka ke aku. Tapi bukan berati aku merasa bodo amat, loh, ya, sama yang suka ke aku itu! Toh, Mega juga orangnya rada plin-plan gimana gitu, kan? Itu yang menyebabkan aku cuek terhadap Mega. You understand?”
“Ya, oke-oke! Aku maklum itu. Sementara kamu udah ada yang punya? Apa maksudnya itu?” heran Deka sambil mengernyitkan kening. “Terus jangan pula kamu liat Mega dari sisi negativenya doang!” lanjut Deka.
“Ya, aku udah ada yang punya. Sahabat Mega sendiri. Fina.” jelas Vio. “Yayaya.”
“Hah? Kamu pacaran sama Fina? Bukannya dulu kamu benci sama dia? Katamu dia itu anaknya sok cantik, sok pinter pula? Kok bisa?” tanya Deka dengan mimik wajah kaget juga penasaran.
“Ya, itu dulu. Sekarang beda. Ternyata Fina itu baik. Ngga kayak dulu yang aku kira.”
“Oh, gitu, ya? Bukannya emang bener kalo Fina itu anaknya over sok? Jangan berlagak bodoh, deh, Yo!” ucap Deka sedikit emosi.
“Terserah kamu mau bilang apa..” jawab Vio masa bodo.
“Oke! Aku cuma mau ngingetin kamu, ya! Mungkin sekarang ini kamu tidak membutuhkan Mega, tapi suatu saat nanti kamu akan membutuhkannya bahkan bisa di hidupmu! Dan saat itu pula kamu akan merasakan apa yang Mega rasakan sekarang. Dan satu lagi, jangan jadi penghianat karena Fina!” saran Deka.
“Iyalah..” jawab Vio sangat cuek.
Selesai berbincang, mereka berdua kemudian kembali ke kantin dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.
Next -->
Komentar
Posting Komentar
Dibutuhkan komentar! Siapapun boleh komentar. Asal jangan mengandung SARA, pornografi, maupun menghina. Komentar disini berisi yang membangun dan hiburan semata. Terima kasih.