Cerbung - Goresan Senja Part III
***
Di sisi lain, aku sedang asyik berkumpul sambil bergurau dengan ADSN, ups, tapi ada yang kurang rasanya loh. Siapa, ya? Ternyata Daisy sama Dzaifa!
“Daisy sama Dzaifa kemana, nih? Kok ngga ikut kumpul bareng kita-kita kayak biasanya?” gumamku kepada teman-temanku.
“Iya, kemana mereka yah?” Firani juga ikut bergumam.
“Ehem.. ehem.. Nyariin kita, ya?” tiba-tiba sebuah suara berdehem terdengar dari belakang kami sepertinya itu suara Dzaifa. Ya, benar! Ternyata memang Daisy dan Dzaifa.
“Kamu berdua kemana aja, sih?” tanya Aliza.
“Maaf, tadi kami pergi ke kantin dulu, abisnya kami laper, hehe.” jawab Daisy.
“Ya, sudah, ngga papa.” ucapku.
“Eh, tadi aku liat Vio, loh. Sama siapa gatau di bawah tangga. Soalnya yang satu membelakangiku jadi aku ngga terlalu jelas siapa dia.” kata Dzaifa.
“Sama Deka!” timpal Daisy.
“Loh? Mereka berdua ngapain, ya?” tanyaku heran.
“Aku juga gatau..” jawab Daisy.
“Ya, sudahlah, biar nanti aku tanyakan pada Deka.” kataku.
“Iya..” Dzaifa mengiyakan.
“Eh, ngomong-ngomong gimana dengan Vio?” tanya Diani tiba-tiba ke aku sambil senyam senyum juga menyikutku.
“Iya, bagaimana dengan Vio, nih? Ihiirr..” Disha mulai meledek ku.
“Apaan sih, biasa aja kali.” jawabku cuek.
Baru saja mulai berbincang sama mereka berenam, eh, bel masuk berbunyi. Ya, sudah kami semua berpencar untuk masuk ke kelas masing-masing. Aku sama Firani masuk ke kelas VIII-5, Daisy masuk ke kelas VIII-4, Disha masuk ke kelas VIII-3, Dzaifa dan Aliza masuk ke kelas VIII-1, sedangkan Diani masuk ke kelas VIII-2. Ya, kami semua memang duduk di bangku kelas VIII. Sayang, kami semua udah pisah kelas. Dulu waktu kelas VII kami satu kelas di kelas kebanggaan kami dulu VII-7 J.
***
Pukul 02.00 siang. Kini Deka yang sedang kebingungan. Ia bingung dan ragu untuk menyampaikan atau tidak menyampaikan tentang hal yang tadi kepada Mega.
“Aduh.. sampein nggak yah? Aku takut kalo entar disampein Mega jadi shock! Tapi kalo aku ngga sampein rasanya gimana gitu. Ini juga sih buat kebaikan Mega sendiri.” gumam Deka pada diri sendiri.
Tiba-tiba saja hp Deka berdering. Mega calling. Deka langsung mengangkatnya.
“Hallo..?” sapa Deka terlebih dahulu.
“Iya, hallo juga, Dek. Aku mau bicara sama kamu. Biasalah, aku minta info-info yang lebih detail tentang Vio. Tapi ngga sekarang, apalagi di telepon gini. Bisa, kan, nanti?” pintaku di seberang.
“O ok oke. Entar? Jam berapa?” tanya Deka sedikit gagap karena masih sedikit bingung.
“Biasa, jam 05.15 sore. Waktu senja. Kamu mau, kan, dateng ke rumahku? Soalnya di rumah ku cuma lagi ada aku sama adikku juga nanti ada ADSN ke rumahku loh. Oke?” pintaku lagi.
“Oke.”
“Sip. Thanks. See you, bye!”
“Bye, to.”
Kemudian Deka menutup teleponnya tanda berakhirnya pembicaraan antara mereka berdua. Kebetulan, nanti jadiin kesempatan Deka untuk menyampaikan tentang hal itu.
By the way, tau kenapa kalau aku sukanya main ataupun ngelakuin kegiatan apa pada waktu matahari hampir tenggelam atau lebih tepatnya waktu senja? Ya, aku emang seneng banget pada saat-saat seperti itu. Rasanya keadaan tentrem, cuaca ceria, dan langit indah karena berubah warna jadi orange. Aku suka banget itu sama warnanya. Anehkan? Tapi entahlah. Mungkin karena aku ini dilahirin pada waktu senja. Saat seluruh ruangan kamarpun berubah warna jadi orange. Dan akhirnya jadilah aku seperti ini yang juga memiliki nama yang mengandung makna sama dengan keadaan seperti itu “Mega Senja” J
***
Tiba di depan rumahku, Deka langsung mengetuk pintu rumahku. Tok.. tok.. tok..
“Permisi? Mega?” ucap salam Deka.
“Iya bentar, Dek!” jawabku sambil ngacir menuju pintu kemudian membukanya.
Setelah aku buka, terlihat Deka yang sedang memamerkan senyumnya. Mau bagaimana lagi akupun harus membalas senyumannya.
“Silahkan masuk! Duduk, tuh!” aku mempersilahkan Deka masuk lalu menyuruhnya ia duduk.
“Oke. Makasih.” ucap Deka kemudian duduk di kursi yang aku persilahkan.
“Hai, Deka.” sapa ADSN tiba-tiba dengan serentak.
“Hai juga ADSN J.” Deka balas menyapa ADSN
“Iya. Eh, ada info baru tentang Vio?” tanyaku mendahului.
“Ohya, aku tadi sama daisy liat kamu berdua dengan Vio di bawah tangga. Hayo, lagi ngapain, ya?” timpal Dzaifa tiba-tiba.
“Ya, gini, nih, aku tadi waktu istirahat berbincang empat mata dengan Vio. Vio cerita kalau dia......”
Singkat saja. Deka kemudian menceritakan semua yang tadi ia bicarakan sama Vio. Salah satu intinya, Vio kini sudah ada yang memiliki ialah Fina, sahabat Mega (aku) sendiri. Padahal dulu Vio bilang sendiri ke aku kalo ia benci sama Vio. Tapi? Sudahlah. Dan semua itu rasanaya...
Jlebbb!
Aku ternganga langsung nelen ludah pahit. Begitu juga dengan ADSN. Mereka semua tak menyangka. Rasanya hatiku sakit banget setelah mendengar barusan apa yang Deka katakan ke aku.
Mukaku langsung memerah, mataku berkaca-kaca. Aku sudah tidak sanggup lagi saat ini untuk meneruskan perbincanganku dengan Deka dan mengulas lagi info-info tentang Vio tadi.
“Dek, semua! Makasiiihh bangett yaa! Sekarang kamu pulang dulu. Juga kalian, pulang dulu, ya. Maaf banget semua, maaf banget sekali lagi. Aku cuma bisa ngerepotin kalian. Bukannya aku ngusir kalian, ya! ” ucapku ke Deka dan ADSN lalu menyuruhnya untuk pulang.
Deka dan ADSN hanya mengangguk dan berkata bergiliran, “Iya, ga papa, Meg. Permisi dulu.” kemudian mereka pulang ke rumahnya.
Setelah itu aku langsung buru-buru ngacir ke KM dan aku ceburkan diriku ke dalam bak mandi kemudian aku nyalakan shower. Menangislah..
Memang inilah kebiasaanku dan di sinilah tempat yang aku pilih ketika aku merasakan sesuatu yang tidak enak pada diriku ini. Entahlah.
“BODOHNYA DIRIKU! MENCINTAI DAN MENGHARAPKAN SESEORANG YANG TELAH DIMILIKI ORANG LAIN. SAHABATKU SENDIRI PULA! DAN MUSTAHIL UNTUKKU MEMILIKINYA! BODOH! BODOH! BODOH! MUNGKIN INI DISEBABKAN KARENA KEBIASAANKU BERKHAYAL YANG TAK MUNGKIN TERJADI DIHIDUPKU!!!” teriakkan sesalku disela tangisanku.
Next -->
Komentar
Posting Komentar
Dibutuhkan komentar! Siapapun boleh komentar. Asal jangan mengandung SARA, pornografi, maupun menghina. Komentar disini berisi yang membangun dan hiburan semata. Terima kasih.