Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2011

Cerbung - Goresan Senja Part V (END)

***             Semua barang sudah beres. Sepertinya semua udah dimasukan ke dalam koper. Tinggal mental yang harus disiapkan. Waktu ini juga, aku harus pergi ke Batam. Good bye, all L             Tiba-tiba saja hpku berdering. Vio calling. What? Ngga salah lihat, tuh? Dia Cuma iseng paling. Tapi tak ada salahnya aku angkat. Sekalian aku mau pamit ke dia, hehehe.             “Halo..” sapaku duluan.             “Halo juga, Mega.” balas Vio.             “Ada apa kamu telepon aku? Kok tumben?” heranku.             “Aku mau bicara sama kamu, tapi nanti, ya. Waktu senja, deh. Kan kamu suka banget, tuh, sama senja. Ya...

Cerbung - Goresan Senja Part IV

***             1 bulan berjalan. Namun sesuatu itu rasanya masih mengganjal di pikiranku. Dan terus berkeliaran di benakku. Sulit rasanya untuk melupakan semua itu. Pernah aku berkata, rasanya aku ingin mengalami amnesia persial (amnesia sebagian) jadi sesuatu itu bisa hilang dari pikiranku. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Aku masih terus menjadi Mega yang seperti biasa. Selalu ada cobaan. Selain sesuatu itu yang membuatku sakit. Baru kali ini aku merasakan sakit hati yang sebegini rasanya. Ditambah lagi dengan cobaan lain. Antaranya, aku sering sekali diejek, diolok-olok, ditimpali. Entahlah, rasanya aku ingin keluar dari hidup ini. Tapi, tetap saja Tuhan berkehendak lain pula. Mungkin di balik kesedihan itu semua, ada sebuah kebahagiaan. Sebagai balasan orang-orang yang sabar — sepertinya aku harus lebih sabar. Itu petuah yang sering sekali aku ucap J .      ...

Cerbung - Goresan Senja Part III

***             Di sisi lain, aku sedang asyik berkumpul sambil bergurau dengan ADSN, ups, tapi ada yang kurang rasanya loh. Siapa, ya? Ternyata Daisy sama Dzaifa! “Daisy sama Dzaifa kemana, nih? Kok ngga ikut kumpul bareng kita-kita kayak biasanya?” gumamku kepada teman-temanku. “Iya, kemana mereka yah?” Firani juga ikut bergumam. “Ehem.. ehem.. Nyariin kita, ya?” tiba-tiba sebuah suara berdehem terdengar dari belakang kami sepertinya itu suara Dzaifa. Ya, benar! Ternyata memang Daisy dan Dzaifa. “Kamu berdua kemana aja, sih?” tanya Aliza. “Maaf, tadi kami pergi ke kantin dulu, abisnya kami laper, hehe.” jawab Daisy. “Ya, sudah, ngga papa.” ucapku. “Eh, tadi aku liat Vio, loh. Sama siapa gatau di bawah tangga. Soalnya yang satu membelakangiku jadi aku ngga terlalu jelas siapa dia.” kata Dzaifa. “Sama Deka!” timpal Daisy. “Loh? Mereka berdua ngapain, ya?” tanyaku heran. “...
Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.