Selamat, ya!

"Selamat, ya. Semoga lancar dan baik-baik saja."
Kalimat ini sepertinya hanya tertahan sampai hati. Tak mampu keluar hingga mulut. Lagi pula, kalaupun kalimat ini keluar, untuk siapa? Untuk 'kamu' yang baru saja menentukan pilihanmu 'lagi' sekarang? Untuk 'kamu' yang lebih memilih 'dia' yang mencintaimu baru mencapai titik kuncup? Untuk 'kamu' yang sama sekali tidak tau atau memilih untuk pura-pura tidak tau bahwa ada aku disini, yang sudah mencintaimu hingga 'batas' kekuntuman?

Mendengar kamu telah 'bersatu' menentukan pilihanmu 'lagi', aku merasa.... bukan, bukan cemburu ataupun iri. Sama sekali. Karena aku sudah konsisten menentukan pilihanku untuk 'move on' dari kamu. Sedikit demi sedikit aku mulai bisa dan terbiasa. Aku hanya 'heran' kepadamu. Apa kamu yakin, untuk kali ini kamu 'kembali' memutuskan untuk menyambar cintanya 'ia' yang baru mengenalimu ibarat 'sebatas pisau'? Kamu yakin? Toh, kamu juga yakin kelak keputusanmu akan berakhir bagus? Hm.. Iya, aku tau, untuk saat ini seumuran kamu (dan aku) hanya memilih untuk 'mencoba-coba' istilahnya 'cinta monyet'. Tapi, kamu sadar? Sebelumnya, kamu juga pernah bukan mengalami hal ini? Hingga berulang kali. Iya, kamu pernah memutuskan untuk memilih 'yang lain' yang baru saja mengenalmu 'sebatas pisau' dibanding aku yang sudah mengenalmu 'sekuat pedang'?



Bukannya aku ingin mengharapkanmu, lagi, aku hanya mengingatkan kamu. Supaya kamu sadar dan tau. Disini, iya, disini ada yang 'pernah' menanti dan menunggu kamu hingga menguntum bahkan sekarang kekuntuman itu sudah mulai layu, karena kamu lebih memilih mereka yang baru saja menguncup. Dan, kekuatan pedang itu kini mulai rapuh. Bahkan jika dibandingkan dengan silet pedang ini sepertinya sama. Karena kamu lebih memilih pisau itu.

Jadi untuk sekarang, aku hanya mengingatkanmu. Sama sekali tak lagi mengharapkanmu. Kalaupun kamu 'kelak' memutuskan untuk memilih yang 'disini' yang menguntum dan yang kuat ibarat pisau, kamu terlambat.

Maaf. Mungkin selama ini aku mengganggumu. Mengobrak-abrik rasa bencimu. Dan maaf, aku sudah pernah mencoba membenci mereka-mereka yang telah kamu pilih. Maaf sekali lagi.
Dan, semoga kamu benar-benar menentukan pilihanmu yang tepat.

Tuesday, 7th May 2013
9:50 PM
-Sufia Nura.

Komentar

Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.