Bukit Tranggulasih nan Asri



Beberapa hari yang lalu, saya bersama teman-teman kelas saya melakukan trip. Tidak begitu jauh, namun kebersamaanlah prioritas utama kami.

Hanya bermodal sebatas tahu daerahnya tetapi tidak tahu tepatnya dimana. Dengan menunggangi sepeda motor masing-masing, kami mengikuti jalan dan tidak lupa satu-dua-tiga orang kami tanyai dimana arah selanjutnya tempat tujuan kami.


Sampai akhirnya setelah perjalanan satu jam, kami sampai di tempat tujuan. Namun ini masih di awal, ya, istilahnya di pintu gerbang tujuan kami. Kami harus menaiki beberapa anak tangga yang cukup tinggi, bukan anak tangga seperti di mall atau sejenisnya tetapi anak tangga yang terbuat dari tanah. Karena memang tujuan kami adalah bukit. Bukit Tranggulasih.

Kelelahan dibayar lunas dengan pemandangannya ketika sampai di atas. Sungguh nikmat Allah yang luar biasa dapat menghirup udara segar dibalut dengan pemandangan yang amat sangat menawan. Bumi yang begitu asri, awan yang menyuguhkan 3 warna sekaligus. Sejauh mata memandang, terdapat hamparan pemandangan gedung dan rumah yang nampak menjadi kecil. Mengingatkan kembali, betapa tidak ada ada apa-apanya diri ini selain hanya untuk bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.


Namun, ada satu hal yang membuat kami heran akan tempat ini. Ada dua anak kecil yang sedang bermain, tak jauh dari tempat mereka bermain puncak bukit, berdiri rumah kecil yang (maaf) pantasnya disebut gubuk. Yakin ini ada rumah? Hebat banget keluarga mereka bisa tinggal di tempat yang tinggi seperti ini. Nggak ada tetangga? Lalu sekolah mereka? Seperti inilah gumam saya dalam hati. Mungkin teman-teman saya berpikiran yang sama seperti saya.

Tapi, ya, entah kenapa tidak terlihat secuil kesedihanpun di mimik dua bocah itu. Mereka selalu menebar senyum bahkan tawa. Walaupun, ya, untuk orang seperti saya tinggal di tempat seperti ini yang menyuguhkan pemandangan nan elok tetapi hanya terdapat satu rumah untuk satu hari saja rasanya seperti seratus hari, mungkin. Hmm.

Mungkin karena pemandangan dan udara yang masih sangat asri seperti ini dan umur mereka yang masih belia yang membuat mereka selalu diselimuti kebahagiaan, meski tanpa adanya teknologi. Semoga sampai kelak kalian selalu merasa kebahagiaan ya, dek. Semoga alam tidak akan pernah jahat kepada kalian, kepada kita.


Tak henti-hentinya kami memuji keindahan karya Sang Pencipta ini. Walau hanya beberapa ratus mdpl masih kalah jauh mungkin dengan indahnya puncak-puncak gunung tapi tak ada salahnya kita mensyukuri dan mengagungkan karya ciptaan-Nya karena itu adalah hal yang diharuskan, bukan?


https://scontent.cdninstagram.com/hphotos-xaf1/t51.2885-15/e15/11327070_1086614394701132_378842709_n.jpg
Dari puncak bukit terlihat pula Gunung Slamet. sumber: google

https://pbs.twimg.com/media/B5ITHWsCYAAYtVX.jpg:large
Pemandangan sudut kota. sumber: wiranagara




Regards,


Sufia NA.


PS:dikarenakan keterbatasan alat dan keprofesionaitas jadi saya mengambil foto dari internet saja. tq.

Komentar

Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.