Kata yang Terbata-bata

Mungkin ini konyol untuk memulai dari sebuah cerita. Ya, cerita dimulai ketika aku sedang shalat tarawih berjamaah, tepatnya jeda rakaat yang keberapa aku lupa. Tadi, ketika jeda aku tak sengaja menengok kebelakang tempatku berdiri, kebetulan aku shalat di teras mushala yang berhadapan langsung dengan teras rumah seseorang yang terdapat hiasan kolam ikan di depannya. Ya, sekarang teras itu memang milik seseorang. Tetapi, teras itu tidak asing untukku, khususnya untuk masa kecilku. Aku kembali meneruskan shalatku yang belum selesai, dengan pikiran tentang teras itu yang masih berkeliaran di otakku. Sampai akhirnya shalatpun selesai. Aku kembali ke rumahku –yang pastinya melewati teras itu, ya, sekedar melewati, tidak menapaki apalagi masuk ke sebuah pintu yang ada di teras itu. Sampai di rumah, aku kembali mengingat-ingat tentang teras dan kolam ikan itu yang tidak asing dengan masa kecilku. Dan untuk mengabadikan pikiranku tentang kedua tempat itu, aku mencoba menuangkanny...

Akhirnya aku kembali ke dunia keduaku, dunia yang ada dalam pikiranku. Setelah lebih dari setengah tahun ‘mati suri’ dalam dunia ini. Sebetulnya, bukan mati suri, sih. Niatnya vacuum karena dalam ‘proses’ pencarian cerita kehidupanku yang baru untuk nantinya dibikin entah seperti apa, yang jelas inginnya jauh lebih ‘indah’ dari cerita-cerita sebelumnya. Tapi nyatanya, waktu belum cukup memberiku jawaban untuk kisah yang baru. Nyatanya, aku hanya masih bisa merangkai dengan kisah-kisah tak jauh berbeda dengan yang dulu.   Ya, mau bagaimana lagi. Inilah kisahku, walaupun kadang tak seindah imajinasiku. Semoga saja imajinasiku memang selalu indah supaya bisa meleburkan kisahku yang kadang tak selalu indah.     PS: Untuk kedepannya aku mencoba meminimalisir cerita berbau tentang cinta dan sejenisnya seperti yang sudah-sudah. Bosen juga keseringan soal cinta, bcs ceritanya gak jauh beda sama yang sejenisnya. Dan, usahain akan memperbanyak artikel, sih...