Rasa yang Lebih Sulit

Ngga kerasa ya, sekarang kita udah ada di tigaperempatnya bulan Desember. Tandanya, 2 tahun yang lalu, masa dimana aku dan kamu (re: kita) dibilang paling dekat. Maaf ya, aku mengungkit-ungkit soal ini lagi. Karena apa? Karena belum aku temui lagi Desember yang bisa bikin aku selalu tersenyum setiap harinya seperti dua tahun yang lalu.

Dan parahnya lagi sekarang, kamu dimana? Udah berapa bulan kita ngga ketemu? Sekitar setengah tahun. Dan, kamu tau rasanya itu bagaimana? Susah dijelasin. Tapi semoga dimanapun kamu sekarang tetap bersinar cerah ya, seperti aku dulu yang selalu kau sinari, maksudku, aku yang menyempil mencari sinarmu bukan kamu yang sebenarnya menyinariku, jangankan kamu yang sengaja menyinariku, aku menyempil mencari celah supaya mendapat bagian dari sinarmu saja kau tak tau.

Ketika kini aku udah ngga bisa buat modusin kamu lagi, curi-curi pandang ke kamu lagi, nyepik kamu lagi sama temen-temen yang lain, diledekin soal kamu lagi, senyum-senyum ketika lihat kamu lagi, degdegan ketika hanya beberapa jengkal di dekatmu lagi, aku kangen semua itu.
Dan, aku benci harus mengakui ini. Aku rindu kamu. Diperjelas, aku rindu kamu. Entah ya, dari awal aku jauh dari sosok kamu mungkin ini adalah kesempatan aku untuk benar-benar menghapus ingatanku tentang kamu. Awalnya memang iya, aku bisa. Tapi, lama kelamaan muncul rasa lain. Rasa yang beda dengan rasa yang dulu, namun rasa ini sama menyiksanya dengan cara menggerogoti pikiranku. Rasa rindu.
 
Cara apalagi yang bisa menyeka rasa yang lebih sulit untuk dihilangkan ini, selain harus bertemu kamu? Aku takut, saat aku bertemu kamu, rasa ini hilang tapi, rasa yang dulu datang lagi? Aduh, jadi serba salah. Kukira aku sudah bisa bebas dari segala ingatanku tentang kamu, tapi nyatanya aku masih terlalu bodoh untuk menghapusmu. Susah payah aku lakukan cara demi satu keinginanku menghilangkanmu dari memoriku tetapi semua hasilnya tak sepadan dengan cara-caraku. Ya sudahlah, apa daya yang bisa aku lakukan cuma menerima kenyataan ini. Menerima kenyataan bahwa sekarang yang aku rasakan adalah rasa rindu padamu.

Ada tiga hal ketika dimana rasa rindu ini benar-benar menjadi-jadi di pikiranku. Ah iya, ketika hujan, senja, dan angin. Hal yang sebenarnya aku sukai walaupun mempersulitkan rasaku.

Ketika hujan, aku lihat banyak sekali benda bahkan hal yang kau hanyutkan, tapi tidak dengan yang satu ini yang tak lain adalah rinduku. Kala senja, mentari kembali ke peraduannya kala itu aku menjadi selalu ingat namamu. Akhirnya sedikit demi sedikit rindu ini berkembang biak. Saat angin mulai bersemilir, aku sibuk merangkai kata-kata rindu yang akan kutitipakan pada angin yang berhembus ke barat supaya ia sampaikan padamu.

Pertanyaannya, apakah kamu disana juga merindukanku? Ya, adalah hal bodoh aku menanyakan hal ini. Tanpa aku tanyapun aku tau jawabannya. Sudahlah, yang terpenting sekarang, kamu harus tau bahwa caraku yang dulu yaitu menyayangimu adalah dengan merindukanmu kini. Semoga kamu menghargainya.



Seseorang yang sulit menyeka rindu kepadamu,
Aku.

Komentar

Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.