Balada 3 Tahun Ini



Cerita Awal di Kelas VII.

Diawali dengan pertemuan yang memberi kesan “illfeel” dengan sebuah subyek awal, tetapi seiring berjalannya waktu kesan itu melebur entah kemana. Berganti dengan kesan  ̶ tepatnya rasa yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Sepertinya rasa yang berbeda, iya, rasa seperti aku menyukainya ̶  subyek awal itu. Ini sama sekali bukan suka bahkan cinta pada pandangan pertama. Ini layaknya wujud dari pepatah jawa yang berbunyi, “witing tresno jalaran soko kulino” iya, cinta datang karena terbiasa. Hmm, terbiasa apa? Terbiasa melihatnya? Iya, bisa jadi.

Awalnya aku hanya menyembunyikan itu semua, berharap tidak benar-benar berujung pada “cinta” karena aku tau, aku masih terlalu kecil. Belum ngerti apa-apa. Masih polos, sampai-sampai aku belum ngerti resikonya. Dan, pada akhirnya, dengan kepolosanku yang tidak tau akan resiko itu, persembunyian ‘rasa’ itu terbongkar karena ulah sahabat pertama yang aku temukan di awal cerita ini. Uhm, sepenuhnya bukan salah mereka. Bukan salah aku juga. Lalu, salah siapa? Kepolosan. Iya, kepolosan itu. Akibatnya, aku harus menanggung resikonya. Resiko apa? Sepertinya tidak usah dijelaskan kalian mengerti, tau sendirilah, bagaimana seorang cewe yang dengan kepolosannya JUJUR mengungkapkan persembunyian rasa itu kepada seorang cowo. Bagaimana rasanya? Ketika tau, semua itu tidak berjalan seperti yang diharapkan. Menyesal? Pasti.

Sahabat pertama yang aku temukan di awal cerita ini. Siapa? Iya, mereka » ini. Berawal dari perkenalan MOS. Semakin lama semakin saling mengerti. Aku tidak salah menemukan mereka. Banyak cerita yang dirangkai dan sekarang akan mulai menjadi kenangan.

Cerita Tengah di Kelas VIII.
Berbekal pengalaman yang buruk dari kelas VII, memasuki tahapan baru, mencoba untuk tidak berbuat nekat dengan kepolosan yang bisa jadi akan jatuh ke lubang yang sama. Berusaha tetapi tetap berjalan sesuai keinginan waktu, aku mulai mencoba untuk ‘move on’ dari yang telah aku ceritakan di cerita awal. Sampai akhirnya aku menemukan subyek baru. Hmm, sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak mengeluarkan kepolosan itu, ya, bertingkah kekanak-kanakan tanpa berfikir akan resikonya seperti di awal.

Kali ini, aku tidak terlalu salah. Kepolosanku memang aku kurungi dan kurangi. Subyek baru yang aku temukan tidak terlalu buruk seperti di awal. Ia baik, pengertian, dan sepertinya tidak perlu dikhawatirkan akan resikonya. Masih dalam perjalanan ‘move on’ sepertinya aku berhasil karena adanya subyek ini. Time flies so fast, aku mulai kehilang diri asli dari subyek ini. Ia mulai berubah. Dan aku kena dampaknya. Asdfghjkl singkat cerita, aku benar-benar kehilangan ia yang dulu, yang belum pernah aku miliki sama sekali. Sepertinya ini bukan salah subyek itu, bukan juga salah kepolosanku. Kali ini salah siapa? Iya, salah keterpedeanku. Aku berharap terlalu lebih dan akhirnya aku jatuh lagi, walaupun tidak terlalu persis di lubang yang sama.

Dan, gara-gara itu, dengan kebodohanku yang tidak bisa menghapus semua rasa yang dulu, aku berbuat nekat dengan kembali ke subyek awal. Walaupun aku tau, ini bukan keinginanku tetapi aku tidak bisa mngehalaunya. Ah, sial! “Ingat, resiko yang dulu ingat! Ingat sakitnya!” “Tapi…. Aku sulit mencegahnya. Karena memang benar, yang awal paling sulit untuk dihapus.” “Yaudah, terserah kamu.” “Iyaaaaa.”

Cerita Akhir di Kelas IX.

Mulai tahap baru lagi. Kali ini, aku mencoba menepis semuanya tetapi masih tanpa menentang waktu. Waktu ingin ini, aku ikuti, waktu ingin itu, aku ikuti. Asalkan tidak dengan perbuatan nekat seperi pada subyek awal. Dan, untuk saat yang ini, aku berusaha mulai fokus untuk masa depan, salah satunya dengan UN. Tidak akan ada lagi hal-hal yang terjadi seperti tahap sebelumnya pada tahap ini. Aku tidak mau konsentrasiku terganggu hanya dengan hal-hal tidak penting seperti itu.

Dan, time flies so fast, again. Tahap ini sudah aku jalani dengan mulus. Walaupun tidak kurang dari setengahnya aku masih berbekal rasa pada subyek awal. Hmm. Sulit menghentikan itu.

Now, the time has come. All had graduated, and separation came. Dan, dan, daaaan aku tidak tau rasa pada subyek awal itu berujung sampai kapan, yang aku tau, untuk sekarang ini sudah pudar. Kembali lagi seperti semula, awal pertama kali bertemu, illfeel. Ah, senengnyaaaa~

Tetapi, melepaskan semua itu? Tidak semudah mengenangnya kelak.  Cukup sebagai pembelajaran dengan berbagai balada selama 3 tahun ini. Terima kasih:’) Dan maaf. I’ll miss you, guysss!

-SUFIA NURA-
Ex 7G, 8E, 9D
[SMPN 1 Ajibarang]

Komentar

Tulislah apapun itu, agar kamu merasa selalu ada.